ZAMAN GEENEE MASIH PAKAI JILBAB…!!! yang benar aja dong..

hari ini golan jalan-jalan di kota padang…

yang sangat tercinta yang slalu kujaga dan kubela.. (motonya sih gitu..)

lamo bajalan panjang nan tatampuah

( Lama berjalan (berpergian) panjang yang ditempuh)

lamo mancaliak banyak nan tasilau

( lama melihat banyak juga yang terperhatikan )

sepanjang jalan tadi golan memperhatikan ratusan bahkan ribuan wanita ( baca: bundo kanduang, limpapeh rumah nan gadang) lalu lalang dengan segala kesibukannya, lengkap dengan jilbab / kerudungnya.. namun….???? ada rasa yang janggal…

subsconsius mind golan mulai bermain… input dari pemandangan mata mulai di  proses……….  @$%&*#$%#@%$%$*&&$#()*($%…………….. au ah gelap.. nggak jelas…pusing..

dan golan pun memilih browsing di warnet sebagai tempat nongkrong malapeh paneknya.

entah bgmn caranya tiba-tiba sebuah artikel yang disertai gambar nongol dilayar….

gambarnya adalah cewek dengan aneka jilbab /kerudung…………. AHA… eureka…!!!
Baca lebih lanjut

Izinkan Kami Menata Ulang Taman Indonesia

“Sejarah adalah catatan statistik

tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.”

(Malik Bin Nabi, Ta`ammulat; 35)




Ledakan Energi Peradaban

Empat syuhada berangkat pada suatu malam,

gerimis air mata tertahan di hari keesokan,

telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan,

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,

mengukir reformasi karena jemu deformasi,

dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu.

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri,

karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,

Merah Putih yang setengah tiang ini,merunduk di bawah garang matahari,

tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi.

Tapi peluru logam telah kami patahkan alam doa bersama,

dan kalian pahlawan bersih dari dendam,

karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.
(Taufik Ismail, 1998)

Begitulah Taufik Ismail lewat sajak berjudul 12 Mei 1998 mengabadikan kepahlawanan empat mahasiswa Trisakti yang gugur diterjang peluru kediktatoran rezim Orde Baru; Elang Mulyana, Hery Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidin Royan. Mereka adalah sebagian dari pelaku baru sejarah Indonesia dan sekaligus fajar yang menandai lahirnya generasi baru, generasi 1998.
Baca lebih lanjut

Ukurlah dengan Iman….

“Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku ada dalam jiwaku, Jika mereka memenjarakanku maka itu adalah masa penyepianku dengan Tuhanku. Jika mereka mengasingkanku ke suatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikanku sebagai syahid. ” (Ibnu Taimiyah)

Bagaimana seseorang mengarungi hidup jika tanpa iman? Kesibukan, bagi orang yang tak memiliki iman, adaIah menapaki keinginan yang tak pernah selesai. Menjalani waktu, sejak pagi, siang, petang, malam hingga bertemu pagi kembali, bagi orang yang tak memiliki iman, adalah ibarat mengarungi belantara hutan yang tak pernah ada ujungnya, atau menyeberangi lautan luas yang tak pernah bertepi. Mereka terus bergelut dengan ambisi, memenuhi keinginan nafsu, sementara itu semua tidak pernah membuat lapar dan dahaganya berkurang.

Wajar, jika tak sedikit orang yang merasa lelah menjalani hidup. Ya, mereka lelah karena ternyata seluruh keringat, pikiran dan usahanya tak pernah membuatnya merasa cukup. Semakin banyak usaha yang diperoleh, semakin tinggi tuntutan untuk memperoleh yang lebih banyak. Peluh yang menetes temyata hanya memberi kepuasan yang makin membakar nafsu untuk mendapatkan yang lebih besar. Lalu setelah itu, jatuh bangun lagi, bertarung demi ambisi lagi, mengejar dan memenuhi nafsu lagi, untuk keinginan yang tak ada habisnya.
Baca lebih lanjut

Show di Hadapan Allah SWT

Memperlihatkan amal shalih di hadapan manusia (riya’) adalah syirik ashghor (syirik kecil). Dampaknya, amal shalih yang didasari dan ditujukan untuk riya’i ini, tidak akan diterima Allah swt.

Repotnya, pada diri dan jiwa manusia, ada kecenderungan untuk diperhatikan, dilihat, dan ditonjolkan kepada orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali rahimahuLlah.

Pertanyaannya, adakah Allah swt menuntut kita untuk melawan sesuatu yang sebenarnya ada di dalam jiwa kita? Atau lebih konkritnya: mungkinkah Allah swt melarang kita dari perbuatan riya’, sementara kecenderungan itu ada dan include dengan ciptaan manusia?

Allah swt -Yang Maha Pencipta (Al Khaliq)- adalah juga Yang Maha Mengetahui (Al ‘Aliim) dan juga Maha Bijaksana (Al Hakiim).

Pada saat Dia menciptakan manusia dengan include di dalamnya kecenderungan untuk dilihat kerja-kerjanya oleh orang lain, dikagumi dan diceritakan, Dia juga memberikan jalan keluar yang menjadi tempat tumpahan perasaan itu (perasaan senang dilihat dan didengar ceritanya oleh orang lain).

Demi terpenuhinya perasaan tersebut, Allah swt mengajarkan beberapa aqidah kepada kita, diantaranya:
Baca lebih lanjut